4 Sikap Manusia Kepada Al Qur'an


Assalamu'alaykum wr wb
Salam sejahtera untuk kita semua

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, wabihi nasta’in ‘ala umuriddunyawaddin, ashsholatuwassalamu’ala asrofil ambiyaa iwal mursalin wa’ala alihi washohbihi ajma’in. Robbisrohlisodri, wayassrili amri, wahlul uqdatammilisani yafqohu qouli, amma ba’du.

Sahabat Pena Emas yang dirahmati Allah SWT. Hari ini aku mau resume tausyiah penting dari guru aku Ust. Ahmad Rofiqi Lc. Beliau memberi tausyiah yang sangat penting untuk kita ingat selalu.

Beliau menyampaikan bahwa, setidaknya terdapat 4 tipe sikap manusia terhadap Al-Qur'an, diurai sebagai berikut :

1. Manusia yang menjadikan Al-Qur'an sebagai hiasan dan keindahan.

Manusia tipe pertama ini adalah ciri manusia yang hanya menjadikan Al-Qur'an sebagai hiasan dan bacaan keindahan. Mereka memiliki kemampuan membaca Al-Qur'an yang sangat bagus. Bahkan orang-orang kafir pun takjub dengan  irama bacaan Qur'an mereka. Pada zaman sahabat, terdapat sekelompok orang bernama Al-Qura. Yaitu sekelompok orang-orang yang pandai membaca Al-Qur'an berikut iramanya. Para sahabat pun iri dengan mereka. Namun Nabi menjelaskan bahwa Al-Qur'an bagi mereka hanyalah sebuah objek hiasan dan keindahan bacaan semata. Sehingga mereka hanya bisa menikmati mukjizat Al-Qur'an sampai kepada lidahnya saja. Tidak sedikit juga dari mereka yang menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber penghasilan. Dengan menjual bacaan Qur'an mereka agar bisa mendapat sejumlah uang. Na'udzubillahi mindzalik.

2. Manusia yang menjadikan Al-Qur'an sebagai objek ilmu pengetahuan.

Manusia tipe kedua ini adalah ciri manusia yang hanya menjadikan Al-Qur'an sebagai objek ilmu pengetahuan. Mereka adalah golongan kaum Liberal, yang hanya menggunakan logika dalam menafsirkan kandungan Al-Qur'an. Di Indonesia, ada seorang pakar ilmu Al-Qur'an yang membuat sebuah buku dengan memberi penjelasan bahwa jilbab tidak wajib bagi kaum muslimah. Jelas hal ini sangat bertentangan dengan perintah asli dalam Al-Qur'an. Entah pada bagian mana dalam Al-Qur'an yang mereka gunakan, sehingga menjadikan penafsiran ini sangat salah kaprah.

Dalam tausyiahnya, Ust. Ahmad Rofiqi menceritakan tentang :
"Saya pernah mengikuti sebuah kajian keilmuan tentang Al-Qur'an di sebuah Universitas Islam di Bandung. Saya cukup terkejut ketika mengetahui narasumber yang dihadirkan saat itu ialah orang Non Muslim dari Eropa. Tapi saya kagum dengan ilmu dan pengetahuan yang beliau jabarkan. Sangat cerdas dan masuk akal. Namun tiba-tiba seorang peserta bertanya kepada narasumber tersebut : "Prof, mengapa Anda tidak masuk Islam? Padahal Anda memiliki kapasitas keilmuan tentang Al-Qur'an yang sangat baik". Prof itu menjawab, "Bagaimana bisa saya menjadi seorang Muslim, sedangkan saya hanya menjadikan Al-Qur'an sebagai objek ilmu pengetahuan."

Na'udzubillahi mindzalik. Sungguh hidayah itu hanyalah milik Allah SWT dan milik orang-orang yang DIA pilih.

3. Manusia yang menjadikan Al-Qur'an sebagai orientasi mendapat pahala.

Manusia tipe ketiga ini adalah ciri manusia yang menjadikan Al-Qur'an hanya sebatas mendapat ganjaran pahala. Dengan berdalil, 

"Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Alquran ), ia akan mendapatkan satu kebaikan yang nilainya sama dengan 10 kali ganjaran (pahala). Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR Tirmidzi)

Hadits di atas benar adanya. Namun beberapa orang yang termasuk ke dalam golongan tipe ketiga ini justru menjadikan penafsiran hadits tersebut salah. Bagaimana tidak, mereka yang tergolong dalam tipe ketiga ini adalah orang-orang yang apabila membaca Al-Qur'an, mereka tidak memperhatikan hukum tajwid dan menabrak hak serta mustahak yang melekat pada setiap huruf yang dibacanya. Dengan alasan, semakin banyak dan cepat membaca Al-Qur'an (tanpa memperhatikan tajwid), maka akan semakin hebat dan semakin banyak mendapat pahala. Na'udzubillahi mindzalik.

4. Manusia yang menjadikan Al-Qur'an sebagai orientasi keimanan.

Dari ketiga tipe di atas, tipe keempat ini adalah tipe yang dianjurkan Nabi SAW. Yakni orang-orang yang menjadikan Al-Qur'an sebagai orientasi keimanan dan ketakwaan. Sebagaimana yang tertulis dalam Q.S Al-Baqarah ayat 2.

"Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa."

Orang-orang tipe keempat ini sangat meyakini bahwa setiap huruf dan kandungan dalam Al-Qur'an ini tidak ada keraguan didalamnya. Sehingga mereka menjadikan diri mereka seolah sebagai tentara yang menghadap kepada komandannya. Seperti kita tahu, bahwa tidak ada seorang tentara yang berani membantah perintah yang diucap oleh komandannya. Jangankan untuk menolak, menunda saja tidak akan pernah. Nah, begitulah seharusnya sikap kita terhadap Al-Qur'an. Jika kita benar-benar yakin bahwa setiap yang diperintahkan dalam Al-Qur'an tidak ada keraguan, dan merupakan perintah dari Allah SWT yang kita imani sebagai komandan di atas seluruh komandan yang ada di dunia. Maka jadilah tentara yang senantiasa patuh atas segala perintah dan larangan-Nya melalui kitabullah (Al-Qur'an).

Wallahu'alam bishawwab.
Semoga kita termasuk kedalam golongann orang-orang yang menjadikan Al-Qur'an sebagai orientasi keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Tanda Kita Sudah Bertawakal Kepada Allah SWT

Kegagalan Bukan Akhir Dari Segalanya